Diawali dengan didirikannya Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) 7 Juli 1973 dalam Kongres Pustakawan Indonesia. Bulan Juli menjadi hari yang bersejarah bagi pustakawan karena, tepat pada tanggal 7 Juli dicanangkan sebagai Hari Pustakawan Nasional.
“Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi,†kalimat tersebut lahir dari seorang tokoh revolusioner yakni Tan Malaka. Barangkali kalimat tersebut tidak seutuhnya menjelaskan peran penting pustakawan. Kendati demikian, kalimat tersebut merepresentasikan bahwa geliat literasi merupakan modal dasar bagi kemajuan bangsa.
Upaya untuk mewujudkan geliat literasi masyarakat yakni kemampuan membaca dan menulis harus disokong dengan ketersediaan buku yang memadai. Akses tersebut bisa kita jumpai di perpustakaan. Perpustakaan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan buku. Hubungan itu menjelma baik secara etimologis, historis ataupun fungsional. Kita mengenal perpustakaan sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan dan informasi. Perpustakaan menyimpan ilmu pengetahuan melalui bentuk yang beraneka ragam seperti artikel, buku, jurnal, dan tulisan.
Perpustakaan sebagai institusi penyimpan informasi sangat krusial. Karena di dalamnya, perpustakaan memelihara beragam infomasi yang dibutuhkan manusia untuk berinteraksi. Melalui informasi, nilai kebudayaan, kesejarahan, sosial, intelektual, ekonomi, dan lain sebagainya akan tercipta. Keberadaan perpustakaan diharapkan mampu mewujudkan relasi sosial antar umat manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan informasinya.
Pustakawan menjadi entitas yang tidak dapat dipisahkan dari tubuh perpustakaan dan memegang peran penting pada sebuah perpustakaan. Dalam rangka Hari Pustakawan Nasional yang diperingati setiap tanggal 7 Juli, Kepala Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dra. Riris Rismayati menjelaskan peranan penting pustawakan. Melayani, mengolah, dan memelihara perpustakaan merupakan garis besar ruang lingkup yang dikerjakan oleh pustakawan. “Dia harus bisa mengelola, melayani, merawat, karena perpustakaan itu semua karya ilmiah civitas akademika itu ada di sana. Jadi, mereka harus bisa merawat semua yang dipunyai oleh UMJ dan kemudian, bisa diolah dan dinikmati untuk yang membutuhkan,†ungkap Rismiyati saat ditemui di Gedung Pusat Perpustakaan UMJ.